Sobat, bagi kita orang Indonesia, tempe itu bukan sekadar makanan. Ia adalah sahabat di meja makan, penyelamat di tanggal tua, dan sumber protein nabati yang lezat. Tapi, bagi para pejuang asam urat, seringkali muncul dilema besar saat melihat tempe goreng yang masih hangat.
![]() |
Bolehkah penderita asam urat makan tempe? |
"Katanya penderita asam urat nggak boleh makan tempe?"
"Kalau makan sedikit, boleh nggak ya?"
Daripada terus menerus bertanya-tanya dalam keraguan, mari kita bongkar mitos dan fakta seputar tempe dan asam urat. Jawaban singkatnya akan mengejutkan Sobat!
Jadi, Penderita Asam Urat Boleh Makan Tempe?
Jawabannya adalah: **BOLEH, dengan catatan.**
Ya, Sobat tidak salah baca. Meskipun tempe berasal dari kedelai yang termasuk dalam kelompok makanan dengan kandungan purin sedang, beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi protein nabati (termasuk dari kedelai) tidak memiliki risiko yang sama dalam meningkatkan kadar asam urat jika dibandingkan dengan protein hewani (seperti daging merah dan jeroan).
Proses fermentasi pada tempe juga diduga dapat sedikit mengurangi kadar purin dibandingkan dengan kedelai mentah.
Aturan Main Mengonsumsi Tempe Agar Tetap Aman
Tentu saja kata "boleh" di sini tidak berarti Sobat bisa makan tempe sepuasnya setiap hari. Ada aturan main yang harus dipatuhi agar persahabatan Sobat dengan tempe tidak memicu permusuhan dengan sendi-sendi Sobat. Ini dia aturannya:
1. Porsi adalah Kunci (Moderasi)
Ini adalah aturan nomor satu. Jangan berlebihan. Porsi yang dianggap aman adalah sekitar 1-2 potong ukuran sedang (sekitar 50-80 gram) per hari. Jangan jadikan tempe sebagai satu-satunya lauk utama dalam porsi besar.
2. Perhatikan Cara Memasak
Cara Sobat mengolah tempe sangat berpengaruh. Hindari metode memasak yang menggunakan banyak minyak.
- Sangat Direkomendasikan: Dikukus, direbus (untuk bacem atau sayur), atau dipanggang/dibakar.
- Kurangi atau Hindari: Digoreng hingga kering dengan banyak minyak. Proses menggoreng dapat meningkatkan kadar lemak jenuh dan kalori yang tidak baik untuk penderita asam urat yang seringkali juga perlu menjaga berat badan.
3. Dengar Sinyal Tubuh
Setiap orang punya toleransi yang berbeda. Setelah makan tempe, coba perhatikan reaksi tubuh Sobat. Apakah ada sendi yang terasa sedikit ngilu atau tidak nyaman? Jika ya, mungkin Sobat perlu mengurangi porsinya lagi atau memberikan jeda beberapa hari sebelum mengonsumsinya kembali.
4. Seimbangkan dengan Makanan Lain
Jangan lupa, diet asam urat adalah tentang keseimbangan. Pastikan piring Sobat juga diisi dengan banyak sayuran hijau, buah-buahan (terutama yang kaya vitamin C), dan cukup minum air putih untuk membantu ginjal membuang kelebihan purin.
Kesimpulan: Tempe Bukan Musuh Utama
Jadi, Sobat tidak perlu mencoret tempe dari daftar makanan selamanya. Tempe tetap bisa menjadi sumber protein yang baik asalkan dikonsumsi dengan bijak. Ingat 4 aturan main di atas: porsi, cara masak, dengarkan tubuh, dan seimbangkan gizi.
Untuk memahami lebih dalam tentang makanan apa saja yang perlu diwaspadai dan mana yang aman, Sobat Hal-5 bisa membaca panduan super lengkap kami di Panduan Lengkap Mengelola Asam Urat: Dari Makanan hingga Gaya Hidup Sehat.
No comments:
Post a Comment